Fasilitasi Tradisi Dolanan sebagai Inspirasi Pemberdayaan Lembaga Seni di STKW Surabaya
Hasil budaya yang bersifat intangible (non-benda), salah satunya dikenal dengan istilah tradisi, merupakan kegiatan yang disepakati oleh masyarakat pendukungnya dan dilaksanakan secara terus-menerus dari generasi ke generasi. Tumbuh kembang tradisi tersebut bergantung pada peran serta masyarakat untuk terus menjaga eksistensinya melalui ketekunan mereka dalam mewariskan tradisi itu kepada generasi muda.
Dengan tema "Fasilitasi Tradisi Dolanan sebagai Inspirasi Pemberdayaan Lembaga Seni", kegiatan ini merupakan upaya pelestarian budaya dan pengembangan potensi di tengah masyarakat sebagai insan budaya. Tradisi dolanan memiliki peran yang sangat penting dalam memperkaya kehidupan budaya kita. Dolanan bukan hanya sekadar permainan tradisional, tetapi juga warisan yang mengandung nilai-nilai historis, sosial, dan seni yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Pengetahuan dalam menggali potensi-potensi tradisi leluhur yang terkandung dalam tradisi dolanan sangat penting dalam konteks pemberdayaan lembaga seni di Jawa Timur. Dengan demikian, tradisi dolanan dapat menjadi sumber inspirasi untuk menciptakan karya seni yang inovatif dan memiliki nilai ekonomi.
Seminar ini, yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT. PLS dan Ekraf Wilwatikta, Seksi Pemberdayaan Lembaga Seni, diadakan pada tanggal 16 Mei 2024 di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta STKW Surabaya. Narasumber dalam seminar ini adalah:
1. Prof. Dr. Setya Yuwana, M.A., Menyampaikan materi tentang permainan tradisional sebagai inspirasi pemberdayaan lembaga seni. Beliau memberikan banyak pengetahuan tentang pentingnya tradisi dolanan sebagai sumber inspirasi baik dalam budaya maupun produk industri, serta peranannya dalam membangun peradaban dan melestarikan permainan tradisional sebagai kekayaan budaya yang ada hingga saat ini.
2. Dr. Bramantijo, M.Sn., Menyampaikan bahwa karakter craftsmanship (keahlian) pada penciptaan dolanan tradisional sangat penting dimiliki oleh pengkarya, dengan memperhatikan aspek estetika dan etika sesuai kebudayaan setempat.
3. Drs. Suwarmin, M.Sn., Menyampaikan bahwa tradisi dolanan adalah warisan nenek moyang baik benda maupun takbenda yang merupakan aset budaya tidak ternilai jika didata dan dikelola dengan baik.
Seminar ini dimoderatori oleh Mufi Mubaroh, M.Sn.
Dengan kegiatan ini, kami mengajak seluruh pihak yang terlibat, baik dari kalangan lembaga seni, khususnya STKW Surabaya, komunitas budaya, maupun pemerintah, untuk bersama-sama menjaga dan memperkaya tradisi dolanan sebagai sumber inspirasi yang menggerakkan pembangunan seni dan budaya, serta meningkatkan kualitas kehidupan di masyarakat. (PLSW)